Kembali

3 menit waktu baca

Sejarah dan Asal-usul Dim Sum, Makanan Kecil yang Empuk nan Lezat

By ID LingoAce Team |Indonesia |May 16, 2023

Trending
blog-images

Parents, pasti kalian sudah pernah mendengar tentang menu makanan lezat yang satu ini, kan? Dim sum adalah salah satu makanan tradisional dari Tiongkok yang sudah sangat terkenal Namanya ke segala penjuru dunia. Kini, menemukan dim sum bukanlah hal yang sulit.

Hampir di semua restoran yang menjual makanan khas Tiongkok pasti menjual menu yang satu ini juga. Bahkan, tempat-tempat yang bukan spesifik menjual makanan Tiongkok juga menjual, lho! Jadi, sebenarnya apa, sih, yang membuat makanan ini begitu special hingga banyak orang sangat menyukainya?

Ternyata, dim sum sudah ada sejak zaman Dinasti Han (206 SM – 220 SM). Dalam kata lain, makanan ini sudah berusia ribuan tahun! Dim sum pun terbagi menjadi dua jenis, dim sum goreng dan dim sum kukus. Keduanya memiliki rasa yang sangat lezat. Kalau kalian sendiri lebih suka dim sum yang jenis apa, nih?

Kata dim sum sendiri adalah sebuah istilah dari bahasa Kanton yang artinya adalah ‘makanan kecil’. Namun, berbeda dengan bahasa Mandarin—makanan ini disebut Dian Xin yang memiliki arti harfiah ‘sedikit dari hati’ atau ‘menyentuh hati’. Bentuknya yang kecil dan prosesnya yang panjanglah yang menamakan makanan ini hingga menjadi seperti ini.

Manis sekali, ya, asal-usul singkat dari makanan ini? Selain ukuran dim sum yang kecil, porsi dalam penyajian dim sum pun juga tergolong sangat kecil juga. Hanya tiga hingga empat buah dim sum saja yang biasanya disajikan dalam satu piring.

Dim sum disajikan dalam porsi yang sedikit karena sebenarnya makanan ini adalah makanan pendamping minum teh. Kudapan yang sudah terkenal dari ribuan tahun lalu ini konon bermula pada periode Jalur Sutra.

Pada saat itu, para petani, buruh, dan pedagang yang berbisnis di sepanjang Jalur Sutra kerap menghampiri kedai teh di pinggir jalan untuk menikmati minuman ini di sore hari. Namun, di sekitar abad ketiga, kebiasaan memakan dim sum ini sempat pudar dan cukup banyak orang yang meninggalkan kebiasaan menikmati dim sum di sore hari atau di waktu lainnya.

Seorang tabib terkenal yang bernama Hua Tuo mengatakan bahwa memakan dim sum dan meminum teh bisa membuat seseorang menjadi gemuk atau membuat berat badan mereka menjadi meningkat dalam waktu yang sangatlah singkat. Namun, Masyarakat di Tiongkok Selatan tidak perduli dengan hal ini.

Mereka tetap menjadikan dim sum sebagai makanan kudapan yang kerap mereka nikmati di sore hari bersama teh mereka. Dari sini juga, muncul sebuah istirlah bahasa Mandarin ‘yin cha’ yang artinya adalah meminum teh di kedai bersama teman dekat sambil memakan dim sum.

Memang, dim sum sejak dulu bukan sebuah makanan utama yang dianggap seperti makanan besar layaknya ayam kungpao, kwetiaw, atau capcay.

Dim sum adalah sebuah snack atau kudapan, dan karena hal inilah dim sum dianggap bermakna menyentuh hati, karena dengan berkumpul bersama teman-teman dengan piring yang dipenuhi dim sum di tengah bisa membuat suasana kebersamaan menjadi lebih terasa hangat. Hmm, jadi pengin memakan dim sum, ya, sekarang.

Sejarah budaya-budaya dari Tiongkok memang selalu menjadi hal yang seru untuk dibicarakan. Hal-hal yang terjadi di masa lalu dan masa sekarang negeri Tiongkok selalu menjadi hal yang menarik untuk dipelajari.

Seperti salah satunya adalah bahasa Mandarin, bahasa yang digunakan di Tiongkok. Bahasa ini tidak hanya digunakan oleh masyarakat Tionghoa saja. Beberapa negara lain pun juga menggunakan bahasa ini di negaranya secara masif, lho.

Apakah kalian menjadi tertarik untuk mengajak si kecil untuk belajar bahasa Mandarin? Dari belajar bahasa Mandarin, mereka juga bisa memulai belajar eksplor budaya-budaya tentang Tiongkok dan lainnya, lho.

Ada banyak sekali keuntungan yang bisa didapatkan dari belajar bahasa asing ini.

Yuk, coba ajak si kecil untuk belajar bahasa Mandarin di LingoAce. Dengan belajar bersama LingoAce, anak-anak bisa belajar bahasa Mandarin dengan cara yang sangat menyenangkan dan interakif.

Pembelajaran pun dilakukan secara online, sehingga orang tua tidak perlu khawatir soal jarang yang harus ditempuh untuk mengejar satu pelajaran. Selain itu, meski pembelajarannya dilakukan secara online, kelas bahasa Mandarin ini tetap sangat menyenangkan karena guru-guru yang mengajar di LingoAce adalah native speaker yang sudah memiliki banyak pengalaman mengajar sebelumnya.

Kurikulum LingoAce juga dibuat dengan sangat matang dan sudah terakreditasi secara global. Program belajar LingoAce sengaja dirancang secara menyenangkan untuk menyesuaikan dengan kepribadian dan kesukaan anak. Pembelajaran akan dirancang agar mereka tidak merasa jenuh dan bosan selama mereka belajar di dalam kelas.

Di LingoAce Indonesia, ada dua macam kurikulum yang kini sudah digunakan. Yang pertama adalah Kurikulum International, kurikulum ini adalah kurikulum yang digunakan oleh anak-anak yang belum pernah belajar bahasa Mandarin atau belum menguasai bahasa Mandarin sama sekali.

Dalam program belajar ini, anak akan diajarkan bahasa Mandarin dari paling dasar. Kurikulum kedua yang ada di kelas LingoAce Indonesia adalah Kurikulum Singapore. Kurikulum ini adalah kurikulum yang digunakan oleh anak-anak yang sudah bisa bahasa Mandarin dan ingin mengembangkan kemampuan bahasa Mandarin mereka menjadi lebih baik.

Sudah ada bayangan ingin mengajak si kecil kursus Mandarin dengan program belajar yang mana? Kalau belum, tenang saja! Di LingoAce ada kelas free trial yang bisa kalian gunakan sekali agar kalian bisa mengetahui seperti apa suanasa belajar di kelas LingoAce.

Ada tim khusus LingoAce juga yang akan selalu siap membantu kalian jika kalian merasa kebingungan tentang program belajar di LingoAce dan tidak memutuskan harus mengikuti program belajar yang mana.

Menarik, kan? Kalian bisa mengetahui sejauh mana kemampuan bahasa Mandarin si kecil secara gratis dan mendapatkan free konsultasi juga! Yuk, coba daftar kelas free trial sekarang di sini agar kalian tidak ketinggalan!

All members of the team have a background in linguistic education, strong bilingual abilities, and at least two years of international experience. They have a good understanding of the living environment and language environment overseas, focusing on the language learning experience for children aged 3-15. They continue to introduce Chinese culture to children across the globe, and are the best storytellers in LingoAce, helping to facilitate language learning for parents overseas.​