Kita sering mendengar tentang perundungan yang, tanpa diragukan lagi, merupakan salah satu fenomena yang paling mengkhawatirkan dan telah ramai terjadi dalam masyarakat kita. Tetapi bagaimana ceritanya sebuah praktik intimidasi ini dapat memanifestasikan dirinya dari sebuah lelucon yang seakan berubah 180 derajat menjadi tindakan intimidasi yang dapat menyebabkan konsekuensi yang bahkan tidak dapat diperbaiki pada mereka yang menjadi korban.
Apa itu bullying?
Di dalam sanubari diri kita, tanpa harus berbohong, kita semua tahu betul apa artinya bullying dan kita bisa mengenalnya ketika kita melihatnya di depan kita. Tetapi jika kita ingin mendefinisikannya dengan jelas dan tegas, kita dapat meminjam kata-kata dari seorang psikolog yang selama bertahun-tahun telah berkomitmen untuk mencegah, mempelajari dan memerangi fenomena bullying:
Bullying berarti semua tindakan pelecehan dan penganiayaan sistematis yang dilakukan oleh seorang anak/remaja, yang didefinisikan sebagai "pelaku" (atau oleh suatu kelompok), terhadap anak/remaja lain yang dianggap lebih lemah, korban.
Berbasis pada definisi di atas, maka perundungan memerlukan tiga elemen terikat di antaranya:
Bullying dan perundungan dilakukan secara berulang dan terus menerus dan tidak dengan satu tindakan;
Pelaku intimidasi melakukan tindakannya untuk menegaskan dan menggunakan kekuasaannya atas korban;
Saksi, yang tidak hanya mengamati tanpa campur tangan dalam membela korban tetapi kerap lebih sering tertawa, menghasut atau bahkan memfilmkan apa yang terjadi.
Bagaimana cara mencegah bullying?
Apakah mungkin untuk mencegah bullying dengan pendidikan? Tentu saja, lingkungan keluarga yang tenang dan mendidik anak-anak untuk menghormati, empati dan kasih sayang, serta pentingnya mengikuti aturan dan batasan, adalah fundamental. Tetapi, sekolah juga memainkan perannya. Lalu apa yang bisa dilakukan oleh kedua belah pihak untuk secara sinergis mencegah perundungan untuk terjadi?
Membuat anak-anak dan remaja peka terhadap perundungan melalui menonton film, dan membaca buku
Memberikan contoh yang baik di rumah dan di kelas.
Mendorong anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan yang dapat membantu mereka mengembangkan bakat dan minat mereka
Selalu membuka saluran komunikasi dengan anak dan siap untuk berdialog
Bagaimana cara merespons ketika tahu anak telah menjadi korban bullying?
Ada banyak tanda-tanda yang dapat menunjukkan bahwa seseorang sedang menjadi korban perundungan dan ketika kecurigaan itu muncul, maka sangat penting untuk segera turun tangan dan berbicara kepada anak, teman dan gurunya. Setelah itu, lakukan beberapa tips berikut ini untuk merespons realita buruk tersebut:
Langkah pertama adalah mendorong anak untuk berbicara, curhat dan terbuka dengan Anda.
Mengidentifikasi pelaku intimidasi atau mereka yang bertanggung jawab adalah langkah kedua untuk dapat melibatkan sekolah (secara pribadi guru atau kepala sekolah).
Pada saat yang sama, sangat penting untuk melatih anak, mendorongnya untuk melakukan kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minatnya, di mana ia dapat dengan bebas mengekspresikan dan mendapatkan teman baru.
Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang sangat bermanfaat adalah kursus bahasa asing. Untungnya, sekarang LingoAce telah resmi beroperasi dan menjanjikan layanan profesional terbaik untuk urusan les bahasa Mandarin online.
Startup EduTech kelas dunia ini telah menjadi destinasi belajar bahasa Mandarin bagi lebih dari 300 ribu murid dari 80 negara berbeda. Rahasianya? Bukan cuma satu, bahkan ada tiga komponen penting mulai dari guru, kurikulum dan juga program belajarnya. Eh, bukan cuma itu saja, LingoAce juga tergolong sangat ramah di kantong karena layanannya dapat dinikmati mulai dari hanya Rp 83 ribu saja! Eits, ada kelas trial gratisnya juga, lho. Yuk, daftar sekarang!